Monday 14 September 2015

Kenangan 'Childhood Dream' dalam Bandung Air Show 2015

Gagasan utama ide menulis ini dari ‘piknik’ saya bersama teman ke acara Bandung Air Show yang berlangsung dari tanggal 10 – 13 September 2015, di Lanud Husein Sastranegara. Acara yang diadakan dalam menyambut ulang tahun bandung yang ke 205, dengan tema Bandung Kota Dirgantara. Dalam acara Bandung Air show, banyak (atau beberapa) di pajang pesawat dari yang terlama dan terbaru, salahsatu yang mengambil perhatian adalah kunjungan wisata anak-anak TK. Teman saya mengatakan, ‘anak-anak TK pada piknik ke sini buat motivasi, biar mereka punya cita-cita yang tinggi’.
adik-adik lagi ngantri giliran foto sama pilot
Iya, cita-cita yang populer di kalangan anak kecil adalah Pilot, Dokter, Arsitek, Presiden, Guru, Artis (?). Cita-cita masa kanak-kanak begitu melangit, namun tak banyak dari cita-cita tersebut yang mereka bisa hidup dengan cita-cita itu sampai beranjak dewasa. Ketika dewasa, ada banyak keadaan yang membelokkan kita dari cita-cita masa kecil.

Menurut Alanda Kariza dalam bukunya Dream Catcher, mimpi seseorang itu berubah-ubah seiring bertambahnya usia. Saya setuju dengan pendapat itu, saat kecil saya juga memiliki cita-cita yang pop, menjadi dokter, masa kecil saya memang klasik ternyata. Kemudian mimpi menjadi dokter itu tetap saya pelihara sampai masuk SMA kelas 1. Saya tulis di kertas A3, lalu saya tempel di dinding kamar. Saat itu cita-cita saya ternyata tidak hanya satu, saya memiliki rencana cita-cita cadangan sebanyak 4. Hal ini saya ragukan sekarang, kenapa dulu pikiran saya sudah bercabang, entah bersifat antisipasi atau pesimis dengan mimpi utama.

Setelah saya naik kelas, semakin saya sadari bahwa menjadi dokter itu tidak begitu mudah, persaingan yang ketat, saya sadar diri kemampuan saya tidak akan sampai untuk menjadi seorang dokter, dan menyadari kesukaan lain yang saya miliki, saya suka berteman, berdiplomasi dan yang penting ketertarikan saya terhadap ilmu  verbal (bahasa inggris) saat itu sedang gencar-gencarnya.
Saya belok arah, tapi tetap saja ternyata tidak berhasil. Lalu saya ingat-ingat kembali mimpi masa kecil saya, dan memutuskan untuk terjun di dunia kesehatan. Saya lupa, ternyata saat itu saya terjun bebas, tanpa menggunakan parasut, jadilah sekarang saya hasil terjun bebas itu.

Untuk mengatakan “i’m not living in my childhood dream” mungkin tidak juga ya, walaupun beda profesi, tapi tetap sama saja, memiliki garis merah tentang berperan dalam membantu seseorang untuk bisa lebih baik mutu kesehatannya.

Tapi jika dikaitkan dengan mimpi saya, atau pilihan pertama jurusan kuliah, ini sangat berbelok. Tapi toh rencana Allah tidak ada yang keliru. Untuk mengetahui rencana yang sebenarnya, kadang kita harus dihadapkan pada keadaan yang penuh syukur, keadaan dimana kita bukan-lah satu-satunya yang mencoba membangun pondasi diri supaya lebih kokoh, supaya apa yang kita jalani sekarang adalah cita-cita kita yang kemudian bertransformasi, atau sebenarnya sudah ada di alam bawah sadar, hanya saja menunggu waktu yang pas untuk di bangkitkan asa-nya, berkarya semampu kita untuk menjadi bagian yang membaikkan keadaan orang lain, dengan profesi apapun kita, dengan cita-cita yang tumbuh dari masa kecil, ataupun cita-cita yang baru ditemukan ketika beranjak dewasa.


Well, are you living in your childhood dream or not? It’s really doesn’t matter, cause the worst thing is you stop believing yourself to have a big dream !! Kudos~
jangan lupa piknik :)

0 komentar:

Post a Comment