Assalamualaikum para pembaca yang
berbahagia, bertemu lagi kita dalam barisan kata-kata di layar digital pada url
jemarinarinari.blogspot.com sebuah catatan harian aktivitas sehari-hari seorang
Rina Asmara. Mehehe
foto sebelum pendakian Gunung Papandayan |
Why i ask you something like that? Because
actually not longer from now, i just have been hiking and camp for 2 days, at
Mt. Papandayan, Garut, West Java, Indonesia. (dijelasin takutnya ada bule yang
baca blog ini). This is not my first time, actually i almost hiking at several
Mountain in indonesia (or yeah west java), but this experience is the most
excited hiking i ever at all. This feeling is, uuuum, i just can’t explain to
you with “words”, too happy, yeah you can read happy with your low pitched and
feel them on your heart, haaapppyyy, Happiness.
Perasaan yang tak bisa digambarkan dengan
kata-kata, yang jelas saat mengingat kembali susana itu backsound yang tepat
adalah lagunya Pharrell Williams – Happy,
melihat alamnya, merasakan udaranya, dan telantang di rumput, mantap!
Seperti yang saya tulis di atas, naik
gunung atau kemah bukan kali pertama bagi saya, pernah kemah di sukawana
(walapun hanya untuk acara diklat), di bumi perkemahan kiara payung, di ranca
upas ciwidey, di perkemahan cikole, di Gunung Pati Semarang, Jayagiri Lembang,
dan paling sering di Gunung batu, oke yang terakhir di tulis abaikan saja,
gunung yang satu itu gak penting banget, hehe..
Dari kesemua tempat yang pernah kemah itu,
baru papandayan yang kayaknya beneran hiking, kenapa bisa demikian? Yang suka
naik gunung pasti tahu jawabannya, oke karena yang baca blog ini nampaknya yang
nyasar, maka saya sederajatkan ilmu kita semua tentang per hikingan, posisikan
diri kita tidak tahu apa-apa tentang gunung dan prosesi hikingnya. Mari saya
ajak anda berkelana lewat kata-kata mengenal gunung-gunung yang saya sebut
tadi, siapkan mata dan imajinasi anda karena ini akan sangat panjang.
Pertama Sukawana, adalah tempat kemah saja,
sejauh mata memandang adalah perkebunan teh, biasanya yang kemah di sukawana
bisa naik motor sampai akhirnya jalan 10 meteran dan mendirikan tenda, jarak
yang sangat dekat ya, tidak ada toilet, kalau kebelet pipis ya pipis di
rerumputan, kalau mau menemukan toilet atau sekalian mau makan mie rebus
tinggal turun ke bawah naik motor, sekitar 500 meteran anda akan menemukan
kehidupan di situ. Walaupun begitu, sukawana tetaplah dingin (apalagi kalau
kebetulan hujan), jangan lupa bawa sleeping bag kalau kemah di sukawana, saya
sudah dua kali kemah di sukawana, pertama menjadi peserta diklat salahsatu
komunitas di jurusan, dan yang kedua kalinya adalah menjadi panitia acara
diklat komunitas itu juga, sama saja ya, hanya berbeda di peserta dan panitia. Hehe
Yang kedua adalah bumi perkemahan kiara
payung, sumedang. Ya namanya juga bumi perkemahan, jelas ada fasilitas
toiletnya, walaupun tak begitu bersih. Kali pertama ke kiara payung saat
menjadi peserta Perjusami, saat semester 2 kuliah. Kali keduanya adalah ketika
mengikuti Pengukuhan Pramuka, nah ini baru jalan dari sebelum gerbang Selamat
datang, yang ini bisa disebut hiking, kali ke tiga saat ke kiara payung adalah
saat menjadi Panitia Perjusami. Membawa sleeping bag juga ya ke kiara payung,
tetap dingin, tapi level kedinginan tak sedingin sukawana.
Yang ketiga ini kemah di Ranca Upas
(ciwidey) karena untuk moment yang sama seperti di cikole, yaitu untuk LDKM (Latihan
Dasar Kepemimpinan Mahasiswa) jadi saya satu kategorikan, saat kemah di Cikole
ini pembawaannya tak begitu happy, pengaruh tekanan mental dan agak sedikit
stres dan beban berat sekali (cariel nya) tak begitu menikmati kemahnya pula,
karena tujuan kemah yang berbeda pula, tapi saya masukkan dalam tempat yang
dimana saya pernah kemah, ada fasilitas toilet tapi tidak ada sumber listrik,
kecuali di ranca upas, ada sumber listriknya. Ranca upas dingin, jadi sleeping
bag itu wajib, cikole tak begitu dingin, tapi saat itu diwajibkan bawa sleeping
bag.
Yang ke-empat adalah Gunung Pati,
Semarang. Ke Gunung Pati dalam rangka Kemah Nasional Kesehatan 2013 (tepatnya
di Puskepram Candra Birawa).,
tidak ada hiking nya, turun dari bis, langsung ngangkat-ngangakat barang menuju
tenda yang tinggal di hias, 2 malam tiga hari kemah di semarang. Gunung Pati,
Perkemahan Candra Birawa, ada toliet, bahkan ada warung dan rumah penduduknya,
bisa membawa charger hp, bisa pakai internetan (jaringannya full), bisa belanja
oleh-oleh kemah, lengkap, pinggir tenda laki-laki bahkan ada warung dan
lain-lainnya, ini tempat kemah seperti gasibu (pasar kaget di bandung yang ada
tiap hari minggu pagi di kawasan depan Telkom). Kemah di gunung pati ini
tantangannya masalah lain. Hehe
Yang ke lima Jayagiri, Lembang. Turun dari
mobil, langsung jalan sekitar satu jam karena banyak istirahatnya, ada toliet
tertutup, track nya bisa dipakai untuk offroad, banyak yang pakai motor offroad
soalnya, tidak ada listrik di tempat kemah, silahkan bawa powerbank, jangan
lupa sleeping bag, karena dinginnya hampir sama seperti sukawana. Jayagiri
lembang, lumayan buat yang suka kemah. Alternatif dikala ingin kemah tapi tak
ada banyak waktu dan biaya.
Nah yang ke enam Gunung Batu, tepatnya di
Jalan Babakan loa no 10A. Jangan tertipu dengan embel-embel gunung sebelum kata
batu, tak ada gunung-gunungnya, hehe. Saya sempat beberapa kali kemah alias mendirikan
tenda di depan kantin di kampus, rasanya tak perlu sleeping bag, dekat ke
kossan, toliet, sumber listrik dan sumber makanan. Pokonya aman, kemah di sini
hanya untuk mengakrabkan saja. Mehehe
Dan kemudian akhirnya saya mendaki ke
Papandayan, yang saya rasa setidaknya ini beneran naik gunung.
This the cronology begins:
Pertama, saya berangkat pukul 07.30
menggunakan mini bus sewaan, kami berangkat ber 15 orang, dari anggota pramuka
sebanyak 12 orang, dan 2 orang Steril (UKM jurnalistik di kampus) dan 1 orang
yang menyebut dirinya dari UKM PSM (paduan suara) dan Sporasi (UKM olahraga). Namun
kemudian kami berkomitmen melupakan background UKM, melupakan ke AKU – an, dan
ke KAMU – an, yang mendaki adalah KITA, ya KITA, KAMI, sebagai individu tanpa
background apapun, berangkat karena satu tujuan menadaki yaitu pulang, RUMAH.
Kami sampai di garut pada pukul (kurang
lebih) 11.00 kemudian melanjutkan perjalanan sampai objek wisata Gunung
Papandayan menggunakan mobil pick up, ini adalah suatu tradisi bagi yang
mendaki ke papandayan untuk menggunakan mobil pick up, selain itu juga untuk mengangkat
perekonomian warga sekitar, ya apa salahnya membantu. Kemudian pukul 11.38 sampai
lah kami di tempat yang bertuliskan “selamat datang di taman wisata alam kawah
Papandayan”. Di temapat ini kalian bisa menemukan warung yang menjual nasi
goreng, mie goreng, mie rebus, gorengan dan yang hangat-hangat lainnya, di
etalase setiap warung selalu ditemukan stiker, nah bagi kalian yang ingin
meninggalkan jejak, jangan lupa bawa stiker dan ditempel di salahsatu etalase
warung, kalau kami sih tidak, hehe..
selamat datang. (c) photo by: me |
harap di baca terlebih dahulu (c) photo by: me |
Menunggu sembari meredakan rasa lelah di
perjalanan karena di mobil pick up itu jalan yang ditempuh tak selalu mulus,
tapi tetap saja menyenangkan. kami memulai pendakian pukul 13.23 WIB, dan baru
sampai di pondok salada (pondok salada adalah tempat para pendaki papandayan
biasanya mendirikan tenda untuk berkemah) pada pukul 15.57 dan langsung
mempersiapkan tenda, menyiapkan parafin, nasting, dan alat-alat masak lainnya.
Menurut kalian apa yang kami lewati dari
kurang lebih dua jam setengah perjalanan kaki untuk sampai akhirnya di pondok
salada?
Mendaki tak semudah bergulirnya waktu,
selama kurang lebih 2,5 jam itu kami melewati banyak hal, benar seperti kata
seorang teman, papandayan adalah paket hiking yang lengkap, awalnya kami
melewati bebatuan kecil, mendaki terus, kemudian mendapati bebatuan yang lebih
besar dan mulai mencium bau tak sedap yang kemudian diketahui sumber bau tak
sedap itu dari semburan kecil kawah belerang, kami melewati kawah, langsung menggunakan
masker dengan segera, karena kawah belerang bisa menyebabkan ispa. kami melanjutkan
pendakian dan kemudian menemukan sungai kecil yang mengalir indah, airnya
sangat jernih, dalam hati terpekik “sumber air sudekat”, alhamdulillah masih diberi
kesempatan melihat air jernih dan segar mengalir seperti itu, yang biasanya
saya lihat pemandangan air sungai sudah tak sejernih itu, sudah tercemari oleh
sampah dan limbah pabrik.
awalnya pendakian seperti ini (c) photo by: iiq |
kemudian begini (c) photo by: iiq |
play soundtrack ninja hatori, (c) photo by: iiq |
melewati kawah mencium bau belerang, (c) photo by : iiq |
Setelah melewati sunga mulai lah kita
melihat padang rumput, pepohonan yang hijau dan gunung diseberang (entah gunung
apa) yang menjulang dengan indah pula, Alhamdulillah.
mulai terlihat ijo royo-royo, (c) photo by: iiq |
Mulai mendekati ke pondok salada, jalanan
semakin mendaki, dengan beban cariel yang tak ringan tetap semangat mendaki
dengan bantuan tangan dari seorang teman, dan semangat fotografi dari senpai
iiq,(klik di nama iiq untuk lihat hasil jepretannya di instagram) mehehe, ya diantara 15 orang ini ada satu senpai yang hobi foto-foto,
perlengkapan fotografi yang dia bawa lengkap sekali, iiq daebaak! Saya jadi tambah
semangat untuk mendaki terus, terkadang mendaki memang memerlukan suasan hati
yang bahagia, yang fun, supaya tak terasa lelah, tak usah terburu-buru untuk
ingin cepat sampai di tempat camp, nikmati saja perjalanannya, dibawa enjoy
saja, biar lambat asal selamat (dan sampai tentunya).
berpegangan tangan, (c) photo by: iiq |
Dan kemudian setelah track yang semakin
menanjakkan itu, kami melihat dataran, seketika semangat kembali melonjak naik,
akhirnya sampai juga di tempat camp! Pondok salada, ihiyyy *kegirangan, play we
are the champion*
Selamat datang di pondok salada, (c) photo by: iiq |
Begitulah perjalanan menuju pondok salada,
ya di pondok salada kalian juga bisa menemukan beberapa edelweis tapi tak
begitu banyak, untuk bisa melihat padang edelweis kalian harus mendaki lagi ke
atas, pondok salada belum di atas, di papandayan tidak ada yang disebut puncak
papandayan, ketinggian papandayan adalah 2622, nah sebelum ke 2622 mdpl itu
kita melewati Tegal Alun yaitu dimana para edelweiss bersatu memanjakan mata
kita, indah sekali.
Kami melanjutkan pendakian dari pondok
salada ke ketinggian 2622 mdpl pada keesokan harinya sekitar pukul 08.28 wib
dan sampai di atas ketinggian 2622 mdpl Papandayan pada pukul 09.29, memakan
waktu kurang lebih 1 jam.
Untuk bisa sampai ke tegal alun sebaiknya
tidak membawa cariel dan barang-barang lainnya, cukup bawa air minum dan
sedikit makanan saja untuk pelepas dahaga dan penunda lapar (please jangan
berekspektasi oki jely drink dari dalam kulkas atau minuman berenergi yang harus
disedu pakai air hangat), mau tau track seperti apa sebelum sampai ke tegal
alun? Jawabannya adalah bebatuan yang lebih besar lagi, sepertinya pakai kostum
spiderman dan jaring laba-laba yang bisa keluar dari tangan akan sangat cocok
dan membantu kita melewati track kali ini. Beginilah track nya bung:
hanya contoh sebagian kecil track yang dilewati, (c) photo by: iiq |
(c) photo by: iiq |
Sesudah sampainya di atas, mata kita akan
dimanjakan oleh pemandangan yang Subhanallah, indahnya. Menurut saya, tegal
alun saja sudah indah, apalagi ini 2622 mdpl. Indah sekali, dari atas 2622 saya
bisa melihat pondok salada tempat mendirikan tenda, bisa melihat sejauh apa
yang telah saya lewati untuk sampai kesini, bahwa pendakian adalah proses
menuju ketinggian untuk mencapai kerendahan hati dan mengetahui makna pulang,
makna hadirku, dan Pencipta ku, dari atas situ saya merasa begitu kerdil,
begitu bukan apa-apa. :’)
Dulu saya sempat tak begitu tertarik
dengan naik gunung, kemah dan lainnya, saat kecil sering sakit-sakitan, sakit
yang entah dari mana akarnya, yang jelas dalam satu semester di SD pasti ada
tidak masuk sekolah karena sakitnya, tak bisa pergi juah-jauh, ya lemah
pokonya. Mulai kuliah, mulai jauh dari rumah, mulai memberanikan diri,
menantang sejauh mana ketahanan tubuh ini mampu diberi beban. Mencoba melawan
rasa takut, takut akan ketinggian terutama, ya saya takut akan ketinggian,
ketika mendaki di antara bebatuan yang besar itu, kaki saya gemetar yang tidak
bisa diungkapkan dengan kata-kata, untunglah teman seperjuangan mendaki
memahami, dalam rombongan ini, saya berada di paling belakang tapi dibelakang
saya masih ada yang menjaga, masih ada yang merasa bertanggung jawab untuk
berada di bagian belakang, padahal dalam keadaan seperti ini masing-masing
individu bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan kelompok, cause we’re team!
And you know, we’re on each other’s team! *play team – lorde*
Setelah beberapa puluh menit berada di
ketinggian 2622 mdpl, kami tak bisa berlama-lama karena waktu jua lah yang
membuat kami harus segera turun kembali ke pondok salada untuk kemudian
berkemas dan kembali pulang.
selfie all the time, kata pak emil yang selfie itu bahagia. |
Jangan lupa untuk tidak membuang sampah di
area pondok salada, sampah yang dihasilkan harus dibawa lagi sampai bawah,
tempat awal naik mobil pick up, ingat jangan nyampah! Sayangi alam yang indah
ini, supaya papandayan tetap asri, jika kita tidak bisa meninggalkan sesuatu
yang berguna atau memberikan manfaat di pondok salada, setidaknya kita juga
tidak meninggalkan sesuatu yang membuat masalah (read : sampah). Okay ;)
(Np: kami tidak sempat ke hutan mati
karena satu dan lain hal)
Sebelum tulisan ini di akhiri ada beberapa
hal yang membuat papandayan unik juga adalah:
Diarea pondok salada sudah ada toilet
tertutup, toiletnya bagus dan bersih, bisa untuk MCK, tapi kalau menurut saya
udara sedingin papandayan masih ada yang mandi disitu kah? Saya ragu, hehe.
Ada mushola dan sumber air untuk mencuci
perlengkapan masak kita yang bisa dibilang bersih dan tertata rapih.
(c) photo by: me (rinaasamra) |
MCK,(c) photo by: me (rinaasamra) |
mushola (c) photo by : me (rinaasamra) |
Kalian silahkan percaya, papandayan dingin
sekali, ini serius, pagi buta sekitar jam 02.00 wib dinihari saya terbangun
dari tidur karena kaki saya kram, karena kedinginan, level dingin tahap
nasional, dinginnya parah, saya sarankan bawa penghangat yang double, jangan so
kuat, saya awalnya so kuat, bawa kaos kaki ganti satu, jaket satu, sarung
tangan satu, baju ganti satu stel, udah itu aja, tak taunya malam hari
menjelang pagi dingin yang gang sanggup, bahkan minyak goreng dalam botol pun
membeku.
Saya memilih untuk mendaki lagi dengan
mereka-mereka ini, jika diberi kesempatan, perjalanan mendaki gunung itu tidak
semudah kamu turun mobil, sampai lalu ngobrol ngaler ngidul sana sini haha
hihi, perjalanan mendaki itu tak semudah turun dari mobil lalu langsung
disuguhkan pemandangan. Saya suka ke pantai, saya suka melihat laut yang biru,
duduk di pasir, pantai juga menyuguhkan ketenangan dan kegembiraan, tapi
ketenangan yang didapat berbeda ketika sampai di ketinggian tertentu. Mungkin untuk
sampai ke pantai kita tak perlu bawa-bawa cariel yang berat, lebih simpel
rasanya, tapi mendaki adalah pelajaran kerendahan hati, belajar menyingkirkan ego
ke-aku an dan ke-kamu an, saya tak begitu suka sesuatu yang bising, yang rumit
dan sesak, itulah mengapa saya ingin berada di ketinggian tertentu untuk
mencapai kerendahan hati, ketenangan yang membiuskan, menyuntikan beberapa mili
semangat dan energi baru.
Jika hanya dengan mendaki kepribadian
seseorang dapat berubah dengan drastis ke arah lebih baik, maka suruh saja para
calon anggota DPR sebelum dilantik untuk naik gunung, rasanya mendaki tak
sesimpel itu mengubah kepribadian seseorang. Mungkin mereka yang mendaki adalah
mereka yang mau bersusah susah dahulu, yang tak perduli dengan teriknya
matahari, yang simpel tapi bukannya tidak mau diribetkan dengan bawaan yang
berat, mereka yang mendaki adalah yang setidaknya “berani”.
Saya bukan lah sang pendaki, bukan anak
pencinta alam atau sejenisnya, saya hanya sekedar wisatawan yang berwisata ke
gunung papandayan, atau saya hanya anak pramuka yang kemah di papandayan,
pengagum jejak petualan atau jelajah indonesia atau acara lain sejenisnya,
seorang calon gagal traveller sejati. Ini aslinya sangat tidak pecah. Haha
Nah begitulah pengalaman saya naik gunung
dan berkemah, sebanyak 5 lembar kertas A4 ini saya mencoba menuangkan
pengalaman mengenai perkemahan, mohon maaf jika membuat anda lelah
membacanya, tapi saya senang menuliskannya dan menceritakannya (karena
kebahagiaaan terasa lebih nyata ketika dibagi) berbagi pengalaman yang sangat
amat standar dan biasa saja bagi kalian yang bahkan sudah ke Mahameru, Rinjani,
atau Jaya wijaya. Saya merasa senang mendaki karena teman sependakian yang
menyenangkan pula, diperjalanan banyak sekali tawa yang menghiasi, melupakan
siapa aku sebenarnya, siapa dia sebenarnya, hanya menjadi sosok yang saat itu,
mengenal lebih dalam ke dalam diri, mungkin mendaki sendirian akan sangat aneh
rasanya jika bisa mendaki rame-rame, teman seperjalanan akan sangat
mempengaruhi seberapa menyenangkannya pendakianmu, seperti istilah yang
mengatakan jika kamu bermimpi sendirian maka itu hanya akan menjadi sebuah
mimpi, tapi jika kamu bermimpi bersama-sama, mimpi itu akan menjadi kenyataan,
the dream that turn into reallity.
That’s way you need to be together, that’s
why you will never walk alone.
Huahaha...
sampai jumpa pondok salada see you (c) photo by: iiq |
selfie di mobil pick up, di jalan pulang, salam bahagia (c) photo by: me |
Salam.. :)
tulisan terpanjang yang pernah aku post di blog :D
ReplyDelete