foto: dokumentasi pribadi |
Apapun tentang radityadika selalu
menarik untuk disimak. Saya adalah pembacanya yang militan, mengikuti
perkembangan tulisannya, dalam media apapun. Rasa tertarik saya pada
radityadika mungkin agak berbeda dengan orang lain. Sebenarnya agak malu untuk
mengklaim diri ini sebagai pengagum, karena harus sampai tahap seperti apa
seseorang bisa dikatakan pengagum? Jika sampai tahap tak ingin radityadika
menikah dengan wanita lain, rasanya saya tak se ekstrim itu.
Namun, cukup bisa dikatakan
mengagumi yang tidak biasa saja. Karena selalu merasa excited ketika melihat radit di channel youtube, stalk acc twitternya ketika dilanda
bosan, dan selalu merasa terhipnotis oleh tulisannya yang agak romantis atau
berbau pakai hati. Melihat jajaran
pengagumnya yang sekarang notabene adalah anak SMP atau SMA, saya simpulkan
demikian, karena ketika radit datang ke bandung untuk meet and greet film
Marmut Merah Jambu, barisan terdepan antri dipintu bioskop adalah mereka yang
masih SMP atau SMA, yang mungkin emosionalnya masih tidak stabil, seperti saya enam
tahun yang lalu, ketika pertama kali mengenal sosok raditya dika, dan sekarang
saya sudah akan lulus DIII.
Jika ada seseorang yang
menjadikan saya inspirasinya untuk menulis, maka saya yang menginspirasi ini
juga terinspirasi untuk semangat menulis oleh seseorang. Dan salah satunya
adalah oleh Raditya Dika. Lucu ya bagaimana rantai ini berlangsung, energi
positif yang memang harus terus mengalir. Alasan saya suka radit itu simpel,
karena tulisannya yang menghibur, saya merasa bahagia, bisa tertawa rileks, dan
melupakan sedikit tentang rutinitas yang begitu penat.
Mungkin kamu tahu sebuah fakta
psikologis tentang seseorang yang tertwa sangat lebar pada suatu hal itu
biasanya memiliki luka atau kesedihan yang sengaja ingin dia sembunyikan,
awalnya saya tak melihat itu dari raditya dika, namun setelah menonton tayangan
sebelas dua belas eps 126, saya menyadari ada luka yang teramat dalam yang
pernah dialami raditya dika, mungkin luka itu yang menjadi kegelisahannya
sehingga jadilah video Kepada Orang Yang
Baru Patah Hati, yang sangat menyentuh itu. Ditampilkan sisi raditya dika
yang tak selalu ceria, tak selalu tertawa renyah seperti di tiap moment dia
menjadi juri pada acara SUCI, rasanya agak memanusiawikan sosok dia yang humoris.
Kemudian berkaca juga pada diri
sendiri, bahwa setiap yang ditampilkan oleh seseorang, dalam tawanya, dalam
riangnya, dalam setiap celotehan yang menghibur orang lain, bisa jadi ada luka
yang tersimpan, bisa jadi ada masalah yang disembunyikan, bisa jadi dibalik
layar hatinya tak sebahagia yang nampak. Pun demikian dengan radit, dan dengan
saya.
Saat ini melihat tayangan di
channel youtube radityadika yang berjudul “Kenapa
Sayang Sama Aku”, terlihat lagi radityadika yang berbeda. Besok akan ada meet and greet buku Koala Kumal di
Gramedia Merdeka Bandung, Saat meet and
greet MMJ Movie kami belum berjodoh, besok apa mungkin? Mengingat apa yang
hari senin akan saya jalani, sidang proposal.
Seaya jadi teringat apa yang pernah di posting seseorang di akun tumblr nya, begini kutipannya "Cinta diukur pada saat terjadi dua kepentingan. Ketika itu, kepentingan apa dan atau siapa yang dipilih, itulah objek yang lebih dicintai."
Ini adalah perdebatan hati yang
begitu rumit, sungguh mengagumi tak pernah se-menyiksa ini...
Kereeen
ReplyDeleteSesama fans berat kita haha, tapi aku gak kebagian pre ordernya :(